Naskah Drama Santri “Patuh kepada Orang Tua”

Judul: Kepatuhan pada Orang Tua

Tema: Sosial
Pemain: Ahmad, Syauki dan Sumi
Sinopsis Drama
Ahmad sedang bercakap-cakap dengan Lilik di sebuah warung makan dekat rumah mereka. Mereka berdua adalah remaja sama-sama patuh kepada kedua orang tuanya. Tak lama mereka ngobrol, Sumi pun datang menghampirinya. Sumi adalah sahabat mereka juga. Namun begitu, Sumi adalah remaja yang selalu membantah dan tidak patuh kepada orang tuanya.
Dialog
Sumi : Hem, lagi ngobrol apa kalian berdua, sepertinya serius sekali gitu? (Sumi berjalan menuju ke arah tempat duduk Ahmad dan Lilik. Dan tak lama ia juga ikut duduk bersama mereka).
Ahmad : Ya biasalah. Dan kebetulan nih ada cerita menarik dari Lilik, katanya dia, kemarin ibunya menyuruhnya membeli kebutuhan rumah. Tapi dia lupa.
Syauki : Iya Mi. Saya lupa padahal Ibu sudah bilang berkali-kali, tapi entah kenapa saya lupa.
Sumi: Terus kenapa? Masalah begitu saja jadi seperti persoalan serius gitu buat kamu Lik?
Syauki : Ya iya dong, kan orang tua yang nyuruh. Lagian Ibu saya sudah lama menunggu, malah lupa beli kebutuhan rumah yang dia pesan, jadi kepikiran hingga sekarang.
Ahmad: Itu benar! Sebaiknya kau jangan lupa lagi kalau disuruh orang tuamu. Jangan sampai orang tua kamu tidak percaya sama kamu Lik.
Sumi: Jangan banyak kepikiranlah. Saya lho, malah sering disuruh-suruh ibu tapi tidak saya lakukan, tapi saya biasa aja. Dan lagian, biasanya ibu beli sendiri kalau sudah tidak direspon sama saya. Apalagi kan masih ada ayahmu yang bisa belikan kebutuhan dapur.
Ahmad: Jangan seperti itu lah Mi, kamu kok malah begitu? Kita sebagai anak, sudah sepatutnya patuh kepada apa yang diperintah orang tua, selagi tidak malanggar aturan agama. Jadi wajarlah bila Lilik kepikiran.
Sumi: Kan lupa Mad, mau gimana lagi kalau lupa, kan tidak berdosa. Lagian apa setiap perintah orang tua kita harus diikuti? Kan tidak juga? (melirik ke arah Ahmad, kemudian berganti ke arah Lilik).
Sumi: Ya harus dong Mi, bila orang tua menyuruh kita, maka harus kita laksanakan. Karena dengan begitu, kita bisa berbakti kepada orang tua. Beliaulah yang membesarkan kita, masak kita tidak mau nurut?
Sumi: Lagian itu juga tanggung jawab mereka khan, ia gak? Kan kita tidak minta dilahirkan kepada mereka.
Syauki: (menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas panjang) Astaghfirullah Mi, istighfar kamu. Kamu jangan begitu kepada orang tuamu, mulai sekarang kamu harus rubah sikapmu itu! Jangan sampai jadi anak durhaka kamu Mi. Kan sudah tahu akibat anak durhaka, ia kan, Mad? Bisa-bisa hidup kamu tidak akan berkah karena durhaka kepada orang tua.
Ahmad: Itu benar Mi! Jangan sekali-kali kita berani kepada orang tua. Dan jangan sekali-kali kamu berani melawan perintah mereka.
Sumi: Iya-iya. Aku ngerti kok. Aku sadar (merebahkan diri ke kursi).
Penulis: Masduki

BAGAIMANA MENURUT KAMU?