Judul: Penjara Suci
Tema: Kehidupan di pesantren
Latar: – Tempat: Pesantren, kelas, kantor, asrama
Waktu: pagi hari, siang hari, malam hari
Suasana: senang, tegang, mengharukan
Pelaku: – Faruq : nakal, suka membantah, keras kepala
Ahmad: baik, tidak mudah terpengaruh, perhatian, setia kawan
Edoy: baik, tidak mudah terpengaruh
Yahya: baik, berpendirian teguh
Pak Rustam: baik, pekerja keras, penyayang
Ustad Zein: baik, tegas, bijaksana
Ustad Faqih: tegas
Staf OSIS: tanggung jawab
Alur: maju
Faqih adalah seorang anak yang sangat nakal. Ia sudah sangat sering mendapat hukuman dari guru-gurunya di pesantren. Suatu hari, ia mencoba melarikan diri dari pesantren yang sering disebutnya sebagai penjara suci itu. Tetapi, usahanya gagal karena dilihat oleh staf OSIS yang sedang melakukan kontrol malam hari. Ia hampir lolos dari kejaran, namun ia menabrak Ustad Zein. Akhirnya ia akan dikeluarkan dari pesantren. Tetapi, ayahnya (Pak Rustam) terus memohon agar ia tidak di keluarkan. Akhirnya Faruq sadar bahwa ayahnya sangat ingin ia bersekolah di sana dan sangat memperhatikannya. Sejak saat itu, ia berjanji pada ayahnya dan ustad Zein bahwa ia tidak kan melanggar peraturan lagi.
Pokok-pokok cerita : – Faruq adalah seorang yang sangat nakal
Ia ingin melarikan diri dari pesantren
Orang tuanya dipangil ke pesantren karena ia ketahuan ingin melarikan diri.
Ustad Zein dan dewan guru akan mengeluarkan Faruq
Faruq sadar bahwa yang ia lakukan salah dan berjanji tidak akan melanggar peraturan pesantren lagi.
Bagian: Drama tragedi
Babak I: Di malam hari, Faruq sedang berjalan mengendap – endap menelusuri semak belukar mendekati tembok pembatas pesantren. Ia ingin kabur, namun temannya Ahmad dan Ustad Faqih memergokinya.
Babak II: Keesokan harinya, matahari sudah cukup tinggi. Hari sudah hampir siang. Kelas pun sebentar lagi dimulai. Namun, Faqih masih bermalas – malasan dan memainkan hp-nya.
Babak III: Bel pun berbunyi tanda pelajaran dimulai. Pelajaran pertama adalah pelajaran Ustad Zein, ustad yang paling ditakuti oleh semua santri, termasuk Faruq. Faruq sudah terlambat masuk kelas. Ia segera berlari ke kelasnya. Namun, Ustad Zein sudah menunggunya di depan pintu dan menyapanya dengan senyuman sinis.
Babak IV: Hari sudah malam. Hujan deras mengguyur pesantren. Semua orang sudah terlelap. Namun, di suatu asrama 4 orang santri masih terjaga dan sedang bercakap-cakap membicarakan suatu hal.
Babak V: Suara petir kembali menggema. Faruq menjalankan rencananya dengan mengenakan jaket.
Babak VI: Keesokan harinya, suara bel berbunyi tanda pelajaran pertama dimulai. Pagi itu sangat cerah, tapi tidak dengan suasana hati Faruq dan ayahnya. Mereka ada di ruangan khusus kantor ma’had. Ustad Zein masuk dan mereka bersalaman.